Recents in Beach

Recent in Sports

3/Sports/post-list

Contoh Cerpen Keluarga - Ibu Jari Bapak


Banyak kabel memenuhi dada bapak. Suara alat pasien monitor mendeteksi kerja jantung bapak. Suara napasnya yang sangat berat sesekali terdengar. Di sisi luar, aku melihat beberapa perawat dan dokter berlalu lalang. Alarm ponselku berbunyi, menandakan waktu telah pagi. Aku segera mematikannya. Sudah 5 hari aku menjaga bapak yang dirawat di rumah sakit. Sesekali membasuh wajah dan kepala bapak. Hanya itu. Rambut bapak yang sudah hilang akibat beberapa operasi yang dijalaninya membuat jahitan bekas luka robek di dahinya terlihat menonjol.

***

Aku mendengar suara knalpot motor tua. Membuatku terbangun dan beranjak keluar kamar. Aku melihat asap mengepul keluar dari garasi, memenuhi setiap ruangan. Bapak terbatuk. Sepertinya bapak sengaja menyalakan motornya di dalam rumah untuk membangunkanku. Segera aku berjalan menuju garasi. Aku melihat bapak sangat bersemangat. Dia mengelap setiap sisi motornya agar terlihat antik. Dia mendengar letupan minyak dari dapur. Segera bapak berjalan dengan cepat menuju dapur. Aku melihat bapak dari depan pintu garasi. Mataku masih terasa berat, tapi sudah cukup jelas ketika melihat bapak sedang sibuk.

            “Bantu Bapak menyiapkan sarapan.”

            Kata pertama yang terucap dari bapak hari ini. Entah seperti terhipnotis, tubuhku langsung bergerak menuju dapur.

            “Cuci muka dulu,”

            Aku berjalan ke wastafel di sebelah bapak. Membasuh muka. Terlihat dari ujung mataku, dia sedang memotong beberapa sayuran dan daging. Tangannya terlihat sangat cekatan. Lengan kaosnya sesekali digunakan untuk membasuh keringat yang hampir menetes. “Biar sayurnya nggak asem.” Gurau bapak sesekali.

            Aku hanya tersenyum kecil, kemudian bergeser mendekati bapak.

            “Jadi, apa yang bisa dibantu, Pak?”

            “Tolong garuk punggung Bapak. Punggung Bapak gatal.”

***

            Seperti biasa, hari ini bapak mengantarku berangkat ke sekolah. sesekali Bapak membunyikan klakson kepada tetangga. Bermaksud menyapanya. Selama beberapa tahun sejak meninggalnya ibu, bapak jadi semakin khawatir padaku ketika aku dirumah sendiri. Bapak hanya bisa mengantarku berangkat sekolah sebagai bentuk perhatiannya. Pekerjaan bapak sebagai kontraktor memaksanya meninggalkanku selama beberapa jam. Motor bapak berhenti tepat di depan gerbang. Aku turun dan melepas helm.

            “Jadi, jam berapa Bapak menghadiri acaramu?” tangan bapak mencoba membantu melepaskan helmku.

            “Jam 11, Pak.”

            “Iya Bapak sudah tau.”

            Tanpa berpamitan, bapak langsung pergi. Sekitar 100 meter, bapak mengangkat tangan kirinya. Mengacungkan jempol kecilnya padaku. Bapak pernah bercerita padaku jika jempolnya sebenarnya tidak sekecil itu. Ketika dia bekerja di kontraktor, dia sempat tertimpa besi berkarat. Seluruh jarinya terinfeksi, dan memaksa dokter harus mengamputasi jari bapak. Menyisakan kedua jempol di tangannya.

***

            Aku masih terduduk di sebelah ranjang bapak. Memegangi jempol bapak. Hanya jempol bapak yang masih tersisa di kedua tangannya. Kedelapan jarinya terpaksa di amputasi karena tertindih besi yang jatuh saat mengerjakan proyek bangunan. Kejadian yang sudah hampir 7 tahun berlalu. Namun, dampaknya masih terasa hingga sekarang. Bapak sudah tidak sadarkan diri. Bapak telah didiagnosa dokter menderita tumor di otak dan tangan. Tumor yang berada di otak diakibatkan oleh tumor yang ada di tangan yang sudah menjalar ke seluruh tubuh. Tumor di tangan baru diketahui dokter bersamaan dengan turunnya kondisi bapak akibat tumor di otaknya. Dokter menduga proses amputasi yang kurang steril mengakibatkan tumor muncul secara perlahan. Aku tidak bisa menghindar dari kondisi yang sudah terjadi.

            “Kamu nggak pergi ke kampus? Ini kan hari wisudamu?” Suara bibi muncul dari depan pintu yang terbuka. Dia masuk tanpa mengetuk pintu.

            “Sebentar, Bi.”

            “Sudah, biar Bibi yang jaga Bapakmu. Cepat berangkat.”

            Aku mencium tangan bapak, mengambil tas di bawah ranjangnya, dan berangkat.

***

            Barisan mahasiswa dengan pakaian hitam dan toga di kepala terlihat mengantri masuk ke dalam auditorium. Di dalam auditorium, mereka mencari tempat duduk mereka sesuai urutan IPK. Di sisi kiri dan kanan tempat duduk kami terdapat tribun yang hampir seluruh tempat duduknya telah terisi oleh orang tua para mahasiswa. Aku berjalan di tengah-tengah kursi calon wisudawan, menuju kursi paling depan. Aku menduduki kursi dengan label namaku di atasnya. Beberapa menit kemudian, seluruh Senat dan Rektor memasuki auditorium. Mereka duduk di kursi yang diatur bershaf di atas podium. Acara dimulai.
Serangkaian acara telah dilaksanakan dan sampai pada acara inti. Ponselku bergetar. Aku berusaha mengeluarkannya dari dalam saku celana. Terlihat notifikasi panggilan dari bibi. Karena acara masih berlangsung, aku memutuskan untuk menutup panggilannya dan mengirimkan pesan sebagai gantinya. Beberapa saat kemudian, bibi membalas pesanku.

Bapakmu meninggal, Nak.

Membaca pesan dari bibi, membuat napasku tidak beraturan. Setengah tidak percaya, aku memasukkan kembali ponselku ke dalam saku. Bibirku bergetar. Aku mengelap mata sebelum air mataku jatuh. Bapak, yang menyiapkan sarapan untukku. Bapak, dengan motor antik yang selalu dirawatnya untuk mengantarku sampai di sekolah. Bapak, dengan senyum tulusnya merawatku walau hanya dengan ibu jari di tangannya. Bapak, dengan candaan yang tidak lucu. Aku tidak akan pernah mendengar bapak berkata ‘Bantu Bapak menyiapkan sarapan’ lagi. Aku tidak akan pernah melihat senyum lebarnya lagi.

“Wisudawan terbaik, atas nama Muhammad Rofiq, dipersilahkan maju ke depan.”

Riuh tepuk tangan memenuhi auditorium. Aku menarik napas, lalu berdiri. Aku mencoba menutupi kesedihan dengan tersenyum lebar. Dengan rasa bangga memiliki orang tua seperti bapak, aku melangkah maju ke atas podium. Jika bapak ada disini, pasti dia akan mengacungkan jempolnya padaku. Aku rindu ibu jarimu, bapak.

Contoh Cerpen Keluarga - Ibu Jari Bapak Contoh Cerpen Keluarga - Ibu Jari Bapak Reviewed by dandy on Friday, April 12, 2019 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.