Dandy
Puji Setiawan
Nama saya Dandy Puji
Setiawan. Namun orangtua dan tetangga saya lebih sering memanggil saya Wawan.
Saya lahir di Kabupaten Kediri, wilayah sentra penghasil tahu kuning, nanas
Kelud, dan keripik bekicot. Tepat hari Sumpah Pemuda, tanggal 28 Oktober tahun
1998 saya lahir.
Saya adalah anak
pertama dari dua bersaudara. Sejak kecil hingga sekarang saya hidup dalam
kearifan desa. Budaya masyarakat desa menjadikan saya mudah bergaul dengan
tetangga yang bahkan umurnya jauh di atas saya. Tetangga saya pernah berkata
kepada ibu saya jika saya adalah anak yang ramah, sopan, dan sederhana.
Meskipun begitu, saya tidak pernah merasa jika saya seperti apa yang dikatakan
mereka. Namun, dari sana saya memiliki motivasi untuk terus mempertahankan
sifat saya yang mereka anggap baik.
Seperti lirik lagu Harta
Berharga dari Bunga Citra Lestari, harta
yang paling berharga adalah keluarga. Saya selalu bersyukur karena saya
masih memiliki harta tersebut. Meskipun keluarga saya kecil, hidup kami sangat
tenteram. Ibarat kapal berlayar di atas air yang tenang. Begitu juga keluarga
saya. Kesederhanaan keluarga saya tetap terjaga sejak saya kecil.
Ayah saya adalah
karyawan di salah satu perusahaan swasta di Kediri. Ibu saya hanya seorang ibu
rumah tangga. Tidak ada yang menonjol dari keluarga saya. Ayah saya setiap hari
berangkat kerja jam 8 pagi dan pulang jam 7 malam. Membawa kantong kresek
berisi bakwan dan jajanan pasar ketika pulang kerja adalah berkah bagi saya dan
adik saya. Suatu hari ketika saya masih duduk di bangku SMA, saya pernah
diminta pihak sekolah untuk mencantumkan gaji orangtua sebagai persyaratan
untuk melanjutkan pendidikan tinggi. Saya hanya diberi selebaran struk gaji
oleh ayah saya. Pertama kali itu juga saya melihat nominal gaji ayah saya. Sekitar
300 ribu per-minggu. Jika ditotal satu bulan, mungkin hanya sekitar satu juta. Ibu
bilang itupun masih dipotong gaji karena hutang-hutang ayah kepada perusahaan.
Namun dari uang itu juga ayah saya bisa membesarkan saya dan adik saya hingga
sampai saat ini. Saya pikir itu perjuangan yang sangat berat bagi ayah saya.
Ibu berkata jika
sebagian hutang-hutang ayah dialokasikan untuk membuat usaha kecil-kecilan
dirumah. Salah satunya adalah usaha pembenihan ikan lele. Semua itu ibu yang
mengurusnya. Ayah saya yang setiap hari bekerja jarang bisa membantu ibu
mengurus kolam. Maka dari itu, ibu saya lebih mahir sebagai pemijah lele
daripada ayah saya. Tempo hari ketika saya akan berangkat bimbingan untuk
SBMPTN, saya melihat ibu saya jongkok di kolam. Ia membersihkan lumut pada
dinding kolam. Terkadang ketika ada dinding kolam yang bocor, ia juga yang
menambalnya dengan semen. Ketika saya ingin membantu, ibu bilang, “[1]Sinau wae, Le. Dadi wong pinter ben iso urip
luwih penak ketimbang Ibumu.”
Saya bersyukur ketika
ayah saya mendapat rezeki dari program kelompok tani desa yang diikuti oleh
ayah saya. Program dari desa dengan cara memberikan sapi betina untuk
dipelihara sampai sapi tersebut beranak. Dari anak tersebut dapat ditentukan. Jika
anak sapi adalah jantan, maka induknya akan diberikan kepada pemelihara.
Sebaliknya, jika anak sapi adalah betina, maka induknya akan dikembalikan
kepada panitia program tersebut. Keputusan tersebut berlaku karena harga jual
anak sapi jantan lebih mahal daripada anak sapi betina. Namun dari program itu
saya menjadi tidak tega melihat ayah saya. Setiap hari pekerjaannya bertambah.
Jam setengah 6 pagi ia sudah mulai pergi ke sawah mencari rumput untuk pakan sapi.
Sesampainya di rumah, ia harus bergegas kembali untuk berangkat kerja. Ketika
ayah saya tidak sempat mencari rumput, ibu saya yang menggantikan ayah mencarikan
pakan.
Tahun ini adalah tahun
terakhir bagi adik saya dalam menempuh jenjang pendidikan tingkat SMP. Tahun
ajaran baru ini adik saya akan duduk di bangku SMA. Saya berpikir jika
kebutuhan adik saya akan bertambah. Apalagi orangtua saya sudah mengeluarkan
banyak uang untuk mendaftarkan adik saya mengikuti bimbingan ujian nasional.
Hal inilah yang membuat saya harus berusaha agar tidak menjadi beban bagi kedua
orangtua saya. Ayah dan ibu saya sudah disibukkan oleh pekerjaan mereka. Saya
tidak ingin menambah beban ekonomi kepada keluarga saya. Maka dari itu saya
merasa sangat layak mendapat beasiswa dari IKAAPI karena beberapa alasan
tersebut. Saya berharap orangtua saya akan bangga ketika mengetahui anaknya
sudah mulai mandiri.
Contoh Esai Pribadi
Reviewed by dandy
on
Monday, May 13, 2019
Rating:
No comments: